Karbohidrat
merupakan salah satu jenis gizi yang jumlahnya paling besar dibutuhkan tubuh
untuk menghasilkan energi untuk melakukan aktivitas. Di Indonesia sumber
karbohidrat sangatlah beragam, seperti singkong atau ubi, jagung, nasi dan
lain-lain. Namun selain dari beberapa bahan yang telah disebutkan sumber
karbohidrat juga dapat diperoleh dari gadung yang akan menjadi fokus dalam
ulasan saya kali ini. Ok, langsung saja disimak ya.........
Gadung merupakan perdu memanjat, batangnya bulat dan umbinya
muncul dipermukaan tanah. Gadung sendiri berasal dari india bagian barat yang
kemudian menyebaar ke Asia Tenggara. Gadung tumbuh pada tanah hingga ketinggian
850 m dpl (di permukaan laut), namun dapat juga ditemukan pada ketinggian
mencapai 1200 m dpl.
Kandungan karbohidrat pada gadung cukup tinggi, yaitu sekitar 29,7 gram dalam
setiap 100 gram gadung segar. Jika dilihat nilai ini memang tidaklah lebih
tinggi dari kandungan karbohidrat pada bahan lain seperti pada jagung dan nasi
yang mencapai 39-41 gram dalam setiap 100 gram bahan. Namun seperti yang kita
ketahui, untuk memperoleh jagung atau padi/nasi tentunya terlebih dahulu kita
harus menanamnya dan merawatnya dengan berbagai hal atau cara untuk mendapatkan
hasil panen terbaik. Berbeda dengan gadung yang bisa kita peroleh tanpa harus
menanamnya terlebih dahulu karena gadung banyak tumbuh dihutan-hutan atau
tempat-tempat yang semak dan pada tanah kondisi tumbuhnya gadung.
Sekilas hal diatas memang hal yang menarik, dimana tak perlu menanam tapi bisa
memperolehnya. Namun pada gadung terdapat zat yang dapat meracuni orang yang
mengkonsumsinya, yaitu asam sianida atau yang sering kita kenal dengan HCN.
Namun untuk hal ini tak perlu khawatir bahkan mengurungkan niat untuk
mengkonsumsi produk-produk yang diolah dari gadung, karena pengolahan yang
tepat dapat menurunkan kadar sianida hingga ambang batas yang aman untuk
dikonsumsi.
Pada
umumnya gadung segar mengandung kadar sianida sekitar 469 ppm, namun dengan
pengolahan yang dilakukan pada gadung akan menurunkan kadar sianida dalam bahan
hingga batas yang aman untuk dikonsumsi. Kadar sianida dalam bahan sebesar 50
ppm/seluruh bahan bahan sudah aman untuk dikonsumsi oleh manusia.
Pada bulan mei 2012 lalu mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian 2009 Fakultas
pertanian Universitas Jambi (saya juga termasuk lohhh......) melakukan semacam
peneliltian terkait gadung menjadi berbagai produk olahan. Penelitian ini
merupakan mata kuliah praktikum terpadu yang dilakukan pada semester 6. Setiap
mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan penelitian yang
berbeda. Untuk gadung sendiri yang dilakukan seperti, pembuatan tepung gadung,
pembuatan nuget dari subtitusi tepung gadung dengan tepung terigu, pembuatan
mie dari subtitusi tepung gadung dan tepung terigu. Terkhusus untuk kelompok
saya adalah membuat tepung gadung. Saya akan membagikan proses pengolahan yang
kami lakukan hingga hasil yang kami peroleh.
Untuk
proses yang kami lakukan ada dua taha yaitu yang pertama penurunan kadar HCN
dan pembuatan tepung
Proses
penurunan kadar HCN
Ambil umbi gadung secara hati-hati agar tidak terluka.
Potong umbi menjadi beberapa potong dengan menggunakan pisau yang tajam. Lumuri
luka bekas potongan tersebut dengan abu dapur, dan biarkan atau simpan selama
24 jam. Kemudian kupas kulit potongan umbi gadung tersebut hingga bersih. Cuci
potongan gadung yang telah dikupas dalam air mengalir. Masukkan potongan umbi
gadung ke dalam keranjang dan segera rendam dalam air garam dengan 3 perlakuan,
yaitu konsentrasi garam (10%, 15% dan 20%) selama 3 hari. Angkatlah dan tiriskan
potongan-potongan umbi gadung tersebut dari air garam, lalu rendam kembali
dengan air gula konsentrasi 10% selama 12 jam. Selanjutnya, mencuci potongan-potongan
gadung dengan air bersih agar
racun dioscorin benar-benar hilang. Setelah itu keringkan dengan oven
mnggunakan suhu 600C selama 8 jamhingga kadar air mencapai 14 persen.
Proses pembuatan tepung
Setelah
kering, irisan umbi gadung tersebut di tumbuk atau digiling hingga halus menjadi
tepung. Untuk memperoleh tepung yang baik maka gadung yang telah dihaluskan
diayak dengan ayakan dengan ukuran 60 mesh.
Sedangkan hasil dan analisis yang
kami peroleh adalah seperti berikut.
1.Rendemen
Konsentrasi
Garam (%)
|
Rendemen
(%)
|
10
|
10.80
|
20
|
12.80
|
30
|
13
|
2a. Analisa kadar HCN tepung gadung
Uji dilakukan
dengan melarutkan 2 gram tepung gadung dalam 100 ml aquades dan disaring.
Filtrat yang didapat dicukupkan menjadi 100 ml. Pereaksi yang digunakan yaitu
larutan bufer fospat 3 ml + asam pikrat 5 ml + NaOH 0,1 N 1 ml dan di
campurkan larutan gadung 100 ml. Dipanaskan pada suhu mendidih selama 30 menit.
Jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orenge positif mengandung HCN. Dan pada uji yang dilakukan
hasil menunjukkan perubahan warna yang artinya tepung tersebut mengandung HCN.
2.b Uji kuantitatif
Untuk uji kuantitatif kami melakukan
analisis di dua laboratorium yang berbeda, yaitu di laboratorium fakultas
peternakan Universitas Jambi dan laboratorium Akademi Analisis Kesehatan Jambi,
dan hasil pengujian pada kedua laboratorium tersebut diperoleh hasil yang
berbeda, seperti berikut.
Pengujian dilaboratorium fakultas
peternakan Universitas Jambi
Konsentrasi Garam (%)
|
Kadar HCN (ppm)
|
pH
|
10
|
107,25
|
5,27
|
15
|
79,964
|
3,87
|
20
|
55,9172
|
3,55
|
Pengujian di Akademi Analisis
Kesehatan Jambi
Prosesnya dilakukan seperti berikut:
Uji
kuantitatif yang dilakukan pada laboratorium peternakan dilakukan lagi ujian
lanjut yaitu di AAK dengan prosedur sebagai berikut:
1. Timbang 10-20gr sampel
halus (20 mesh), tambah 100ml aquades dlm labu Kjeldahl à rendam selama 2 jam
2. Tambah lagi 100ml
aquades à distilasi dng uap (steam).
Tampung distilat dlm erlenmeyer berisi 20ml 0.02N AgNO3 dan 1ml
HNO3
3. Setelah distilat
mencapai 150ml à disaring dng krus Gooch endapan yg
mung-kin ada dicuci dng air
4. Kelebihan AgNO3 dlm
distilat dititrasi dng 0.02N K-tiosianat dng indikator lrt ferri
Buat titrasi blanko pd 20ml lart
standar 0.02N AgNO3 , dan hasil yang diperoleh adalah
seperti pada table dibawah.
Sampel
|
Blanko
|
Sampel
|
HCN (ppm)
|
10%
|
7,3
|
5,917,056
|
102,3
|
15%
|
7,3
|
6,127,944
|
86,7
|
20%
|
7,3
|
6,756,556
|
40,2
|
3. Derajat keputihan tepung
Untuk mengukur derajat keputihan tepung dilakukan dengan menggunakan alat
Colour Reader, lalu dilakukan perhitungan. Dan hasilnya adalah seperti berikut:
Konsentrasi
garam (%)
|
Konsentrasi
garam (%)
|
Derajat
putih (WI)
|
L
|
a
|
B
|
10
|
77,1
|
-2
|
19,2
|
33,45
|
15
|
81,5
|
-2,7
|
15,6
|
39,93
|
20
|
83
|
-3,2
|
13,9
|
42,43
|
semoga bermanfaat bagi para
pembaca...