FAO mengakui krisis pangan telah melanda dunia saat ini. Masalah perubahan iklim, bencana alam,
dan semakin meningkatnya permintaan bahan pangan sementara stok
Negara-negara produsen dan pengekspor bahan pengan semakin sedikit
disinyalir menjadi penyebab dunia mengalami krisis pangan. Pemenuhan
kebutuhan pangan dunia hingga saat ini masih bisa diusahakan, namun FAO
mengatakan takkan ada lagi bahan pangan murah seperti saat sebelum
krisis pangan terjadi.Pernyataan dari FAO ini didukung oleh kenyataan
saat ini dimana beberapa negara-negara pengekspor bahan pangan tengah
mengalami krisis dalam negeri sehingga menghambat peningkatan produksi
pangan. Seperti Negara Vietnam yang kini
tengah memulihkan keadaannya pasca salah satu daerah lumbung padinya
dilanda bencana angin yang cukup parah. Lain pula Thailand, meski
negerinya aman-aman saja namun mereka lebih memilih untuk mengamankan
persediaan bahan pangan di dalam negerinya dan tidak menambah kapasitas
produksi serta tidak pula menambah jumlah ekspor bahan pangan. Pada
akhirnya, melihat kondisi kritis dunia ini, bank dunia mengalokasikan
dana untuk mengatasi krisis pangan dunia ini dengan hibah dalam
peningkatan produksi bahan pangan. Dunia bergejolak akibat krisis bahan
pangan. Indonesia yang kini menyandang predikat sebagai salah satu
negara pengimpor beras besar di dunia, bagaimana nasib Indonesia
selanjutnya? Tidak ada jalan lain selain bersiap menghadapi krisis
pangan dunia.
Masyarakat Indonesia akan semakin menderita, krisis minyak dunia yang
menyebabkan harga minyak mahal sudah menekan hidup masyarakat, apalagi
jika ditambah dengan krisis pangan dunia saat ini yang mengakibatkan
bahan pangan mahal dan langka. Hidup yang makin sulit ini seharusnya
menjadi pemicu rasa kebersamaan antara masyarakat dan pemerintah. Jika
masyarakat kini berjuang untuk bertahan hidup, maka sudah menjadi
kewajiban pemerintah sebagai pemimpin negara untuk lebih berjuang dan
berkorban untuk rakyatnya. Bukannya hanya mengatur negara namun tidak
merasakan secara langsung akibat yang sesungguhnya di lapangan.
Saat-saat menghadapi krisis kehidupan, rasa senasib sepenanggungan
seharusnya ada dalam hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang akan
melahirkan rasa kebersamaan yang kuat. Rasa kebersamaan yang kuat akan
dapat menyelamatkan negara ini dari kehancuran yang lebih parah. Namun
jika pemerintah, para wakil rakyat, para elit negara ini tidak
menunjukkan rasa senasib sepenanggungan dengan rakyat atau merasakan
penderitaan rakyat maka rasa kebersamaan untuk menyelamatkan negara
tidak timbul. Karena tidak ada komunikasi yang efektif antara pemerintah
dengan masyarakat. Pada akhirnya yang terjadi, pemerintah lebih pada
sikap otoriter dan masyarakat selalu menentang karena tertekan dan
terancam hidupnya. Pemerintah
yang tidak memperhatikan aspirasi politik rakyatnya dalam mengambil
kebijakan inilah yang akan menimbulkan disintregrasi bangsa.
Krisis kebutuhan pokok masyarakat dunia termasuk Indonesia, yaitu
krisis bahan pangan dan krisis minyak seharusnya dapat disikapi dengan
arif dan bijaksana oleh pemerintah dan masyarakat dalam merumuskan
langkah-langkah solusi untuk mengahadapi kenyataan ini. Ada beberapa
langkah solusi yang dapat menjadi aspirasi masyarakat dan dapat
ditanggapi oleh pemerintah. Beberapa langkah solusi dalam jangka panjang
untuk menghadapi krisis minyak dan krisis pangan antara lain :
1. Revitalisasi Program Keluarga Berencana (KB)
Penggerakan kembali Program KB ini untuk mengendalikan jumlah penduduk
yang semakin bertambah banyak. Krisis pangan dan krisis minyak dunia
terjadi akibat terlalu banyaknya kebutuhan konsumsi masyarakat dunia
termasuk Indonesia. Sementara konsumsi bertambah besar, stok barang
pemenuhan kebutuhan hanya terbatas. Dengan pengendalian jumlah penduduk
ini diharapkan dapat menyeimbangkan kembali antara persediaan dan
kebutuhan masyarakat.
2. Revitalisasi Pengendalian Bidang Distribusi Bahan Pangan dan Minyak
Fungsi distribusi bahan pangan dan minyak dunia seharusnya lebih
dipentingkan diatas fungsi produksi dan fungsi konsumsi. Perbaikan
fungsi distribusi saat ini yang lebih menggantungkan pada produksi dan
konsumsi harus dirubah. Kini konsumsi harus dikendalikan dan produksi
dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Produksi bukan lagi
dilakukan untuk meraih keuntungan setinggi-tingginya namun harus
dibatasi agar kondisi alam seimbang. Konsumsi pun demikian, harus ada
peraturan pembatasan konsumsi yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada. Sehingga fungsi distribusi yang dilakukan tepat sasaran dan
terhindar dari manipulasi maupun korupsi yang sangat merugikan.
3. Peninjauan Kembali Pola Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Penggalakan
Pola Hidup Sederhana dalam Masyarakat.
Aset-aset sumber daya alam (SDA) yang menyangkut hajat hidup seluruh
rakyat seharusnya dikelola negara sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat.
Tetapi yang terjadi di Negara Indonesia saat ini, investor dan
perusahaan asing yang mengelola hamper seluruh asset SDA negara. Kondisi
ini sangat memprihatinkan, akibat yang ditimbulkannya pun jangka
panjang seperti yang tengah terjadi sekarang ini bahan pangan dan minyak
mengalami kelangkaan dan mahal. Oleh karenanya, pengelolaan SDA yang
dijalankan saat ini perlu ditinjau kembali dan sangat mendesak untuk
segera dikembalikan pada fungsi yang sesungguhnya. Sebagai ilustrasi,
telah umum diketahui krisis minyak yang terjadi di Indonesia akibat
pengelolaan sumber-sumber minyak Indonesia diserahkan pada asing/swasta
sehingga harga minyak yang ditetapkan mengikuti harga pasaran dunia.
Akibatnya tidak ada perlindungan stok dalam negeri. Pemimpin
negara ini dan para wakil rakyat telah menyetujui perjanjian
pengelolaan dengan asing tersebut dalam jangka waktu yang sangat lama.
Maka dapat diprediksi, meski harga minyak dunia
mungkin akan stabil kembali, namun belum tentu seiring dengan itu
krisis minyak di Indonesia akan berakhir pula. Sebutan Indonesia sebagai
Negara miskin ditengah hamparan kekayaan yang melimpah perlu segera
dihapuskan. Menjelang pemilu 2009,
perlu ada perbaikan moral, kualitas, dan integritas kinerja para wakil
rakyat agar dapat selalu menjaga amanah rakyat dan memenuhi hak-hak
rakyat yang sudah seharusnya. Selain itu, perlu dibuatkan
peraturan-peraturan yang dapat membiasakan rakyat berpola hidup
sederhana, akrena krisis pangan dan krisis minyak ini dimungkinkan akan
berlangsung lama mengingat usia dunia yang semakin tua.
Semoga para pengemban amanah rakyat baik yang duduk sebagai eksekutif,
legislatif, dan yudikatif negara selalu mendengar hati nurani rakyat
kecil yang terlindas oleh zaman globalisasi kompetisi yang disertai pula
adanya krisis pangan dan krisis minyak dunia.Sumber : http://kustejo.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari budayakan berkomentar baik